Pages

Friday, April 5, 2013

metode kaidah dan terjemah dalam pengajaran bahasa


METODE KAIDAH DAN TERJEMAH

A.      Sejarah Pertumbuhannya
Lahirnya metode kaidah dan terjemah dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan mempelajari dan mengajarkan bahasa asing. Metode ini digunakan untuk mengajarkan bahasa yang memiliki peradaban masa lampau. Selain itu, metode ini bermuara pada zaman kebangkitan di Eropa. Pada masa kebangkitan tersebut bahasa Yunani dan bahasa Latin digunakan untuk mentransfer warisan kemanusiaan ke dunia Barat yang ditulis dalam berbagai macam bahasa.[1]
Istilah metode kaidah dan terjemah dikenal pada tahun 1930-an. Pada akhir abad ke-19, di Amerika lebih dikenal dengan istilah ThePrussian Method dan The Ciceronian Method. Sampai sekarang metode ini masih digunakan dalam proses pembelajaran bahasa Arab di luar negara Arab, khususnya oleh para pengajar bahasa Arab yang bukan penutur asli. Metode kaidah terjemah menitikberatkan pada pengajaran kaidah secara teori dan langsung serta berpegang pada terjemahan bahasa ibu ke bahasa sasaran, dan sebaliknya.[2] Metode ini dapat dibilang ideal, karena kelemahan dari salah satu metode tersebut telah sama-sama saling menutupi dan melengkapi. Metode ini terlebih dahulu mengajarkan materi gramatika dan kemudian menerjemahkan.[3]
B.       Ciri-ciri dan Tujuan Metode Kaidah dan Terjemah[4]
Metode kaidah dan terjemah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.      Metode kaidah dan terjemah memandang bahwa syarat yang harus diketahui sebelum mempraktikan bahasa adalah dengan menghafal kaidah dan menguasainya secara teori. Oleh karena itu, semua kaidah bahasa Arab, baik nahwu maupun sharap dipelajari secara terperinci beserta pengecualian-pengecualiannya, dan hal-hal yang menyalahinya.
2.      Memandang bahwa setelah menghafal kaidah, hal utama yang harus dilakukan dalam mempelajari bahasa sasaran adalah menghafal kosakata dan memahami maknanya dengan menggunakan terjemahan.
3.      Dalam proses pembelajaran, guru lebih banyak berbicara tentang bahasa daripada berbicara dengan bahasa. Oleh karena itu, siswa dituntut untuk mengetahui karakteristik bahasa sasaran dan membandingkannya dengan bahasa lain, terutama bahasa ibu yang dikuasainya.
4.      Metode ini lebih memperhatikan kemampuan membaca dan menulis secara tradisional dan tidak memperhatikan keterampilan mendengar dan berbicara. Sehingga dengan hal tersebut, metode ini menekankan kebenaran kaidah bahasa, imla, dan terjemah, serta sedikit memperhatikan kecakapan berbahasa.
5.      Pada fase awal mempelajari bahasa, metode ini menaruh perhatian yang berlebihan terhadap teks-teks sastra dan menjadikannya sebagai materi untuk melatih analisis nahwu, bukan isi teks tersebut.
6.      Memilih kosakata yang ada dalam teks-teks yang dibaca dan memahami semua kata-kata tersebut ketika menerjmahkan tanpa memperhatikan kaidah tingkat keterpakaian kata dan kebutuhannya dalam berkomunikasi. Kemudian meletakkannya pada tabel beserta tashrif dan pecahan katanya dan menghafalnya secara terpisah.
7.      Membatasi latihan-latihan dengan hanya menerjemahkan kata-kata, frase-frase, dan kalimat-kalimat yang tidak terkait satu dengan lainnya, dari bahasa ibu ke bahasa sasaran dan sebaliknya.
Adapun tujuan umum metode ini adalah agar orang yang mempelajari bahasa sasaran mampu membaca teks-teks tulis dan menjadikannya sebagai medium dalam melatih akal pikiran, mengembangkan kemampuan berpikir, dan mampu menerjemahkan bahasa sasaran ke bahasa ibu, dan sebaliknya.
C.      Teori dan Pendekatan Metode Kaidah dan Terjemah[5]
Menurut Ricards dan Rogers, metode ini tidak berangkat dari suatu pendekatan dan tidak mempunyai teori. Metode ini adalah metode tradisional yang memandang bahwa bahasa itu adalah kaidah-kaidah yang kering. Mempelajari bahasa adalah mempelajari kaidah-kaidah kenahasaan dan menghafal kosakata kemudian mampu membaca, memahami teks-teks dan menerjemahkannya dari bahasa ibu ke bahasa sasaran, dan sebaliknya. Dibalik pendapat tersebut, ada sebagian ahli yang berpendapat bahwa metode ini berlandaskan pada teori kemampuan dan kecerdasan akal dalam latihan formal dalam psikoligi. Teori ini memandang bahwa akal terbagi menjadi beberapa bagaian. Setiap bagian tersebut memiliki kekuatan dan kemampuan tertentu, seperti kemampuan mengingat, berpikir, dan memecahkan masalah.
D.      Fungsi Guru, Siswa dan Materi Pelajaran[6]
Meskipun memiliki otoritas di dalam kelas, dalam metode ini, fungsi dan peran guru dipandang kurang begitu penting. Tugas guru hanya mengajarkan buku ajar, menjelaskan semua materi dengan terperinci, tidak memiliki peran yang berarti dalam memilih buku ajar, mengurangi, atau menambah materi lain ke dalamnya. Guru tidak bisa merubah metode mengajar.
Dalam metode ini, siswa hanya mendengarkan penjelasan guru dan menulis apa yang ia dengar dari gurunya. Siswa tidak mempunyai kemampuan dan kesempatan untuk berdiskusi baik dengan guru maupun teman-temannya dengan menggunakan bahasa sasaran. Selain itu, siswa juga sulit memunculkan ide atau mengajukan pendapat terkait buku ajar dan metode yang digunakan.
Dalam metode ini, kurikulum terdiri dari dua buku pelajaran, yaitu kaidah nahwu dan sharaf serta membaca teks dan tidak boleh keluar dari kedua pelajaran tersebut. Hal ini terjadi karena guru hanya dituntut untuk menjelaskan semua isi buku dengan terperinci, sedangkan sisiwa dituntut untuk menghafal sebanyak mungkin kosakata dan teks-teks berikut terjemahannya dalam bahasa ibu. Adapun buku-buku teks yang diterjemahkan adalah buku-buku klasik bukan buku-buku modern yang memuat kosakata yang sesuai dengan bahasa yang digunakan dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu, siswa tidak mampu berkomunikasi dengan orang lain menggunakan bahasa sasaran.
E.       Kelebihan dan Kekurangan Metode Kaidah dan Terjemah[7]
Di antara kelebihan metode ini adalah:
1.      Siswa menguasai dalam arti menghafal di luar kepala kaidah atau tata bahasa dari bahasa yang dipelajarinya.
2.      Siswa memahami bahan bacaan yang dipelajarinya secara mendetail dan mampu menerjemahkannya.
3.      Metode ini memperkuat kemampuan siswa dalam mengingat dan menghafal.
4.      Metode ini bisa diterapkan dalam kelas besar dan tidak menuntut kemampuan guru yang ideal.
Sedangkan kekurangan metode ini antara lain :
1.      Metode ini lebih banyak mengajarkan tentang bahasa bukan mengajarkan kemahiran berbahasa.
2.      Metode ini hanya menekankan kemahiran membaca dan menerjemah,sedangkan kemahiran bahasa yang lain diabaikan.
3.      Siswa hanya mengenal satu ragam bahasa sasaran,yaitu ragam bahasa tulis klasik,sedangkan ragam bahasa tulis modern dan bahasa percakapan tidak diketahui.
4.      Disebabkan otak siswa dipenuhi dengan qawa'id,maka tidak tersisa lagi tempat untuk ekspresi dan kreasi bahasa.
    

















BAB III
KESIMPULAN

Bahasa Arab mempunyai keistimewaan tersendiri dari bahasa lain. Dalam mempelajari bahasa Arab, orang yang mempelajarinya membutuhkan  pemahaman yang mendalam tentang kaidah-kaidah bahasa Arab. Metode kaidah dan terjemah merupakan metode yang menitikberatkan pada pemahaman kaidah-kaiadah bahasa Arab tersebut dan penerjemahan. Peserta didik membutuhkan ketekunan dan kesabaran dalam  menghafal, baik menghafal qawaid-qawaid atau menghafal mufradat dengan artinya. Tanpa qawaid-qawaid bahasa Arab tidak akan sempurna. Begitu pula menterjemahkan bahasa Arab harus berdasarkan qawaid-qawaid.
Di samping itu, metode kaidah dan terjemah mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri. Namun, pada dasarnya metode ini dapat digunakan untuk mempelajari bahasa Arab.













DAFTAR PUSTAKA

El-Hushaili, Abdul Aziz bin Ibrahim, Metode Pengajaran Bahasa Arab.
Hermawan, Acerp, 2011, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Izzan, Ahmad, 2011, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung: Humaniora.


[1] Abdul Aziz bin Ibrahim el-Hushaili, Metode Pengajaran Bahasa Arab, hlm. 14.
[2] Ibid.
[3] Ahmad Izzan, 2011, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung: Humaniora, hlm. 100.
[4] Abdul Aziz bin Ibrahim el-Hushaili, Ibid., hlm. 15-17.
[5] Ibid., hlm. 17-18.
[6] Ibid., hlm. 18-19.

0 comments:

Post a Comment

 
- See more at: http://nyiaran.blogspot.com/2014/02/cara-membuat-tombol-next-page-dengan.html#sthash.QFJYAl2c.dpuf