BAB I
PENDAHULUAN
Sebuah masyarakat merupakan sebuah
struktur yang terdiri atas warga yang saling berhubungan atau melakukan
komunikasi antara yang satu dengan yang lainnya serta menjalankan peran-peran
sesuai norma-norma yang berlaku. Warga yang berada dalam suatu masyarakat
mempunyai latar belakang kehidupan yang berbeda-beda. Setiap masyarakat
mempunyai kebudayaan sendiri yang berbeda dari kebudayaan yang dimiliki oleh
masyarakat lainnya.
Peringatan hari
kelahiran Nabi Muhammad saw. bukan hanya sekarang saja, tetapi telah
berlangsung lama, dari zaman ke zaman, dan dari generasi ke generasi, dimana
kegiatan ini selalu diperingati pada bulan Rabiul Awwal yang merupakan bulan
kelahiran Nabi Muhammad saw. Sampai kini perayaan tersebut masih terus berjalan
meriah dan bernilai historis dimulai dari kampung-kampung, sekolah, kampus
hingga organisasi-organisasi. Kegiatannya pun bervariatif, dari pengajian,
pembacaan al-Barzanji, perlombaan-perlombaan yang bersifat keagamaan dan
ritual-ritual agama dan adat tertentu.
Dalam suatu
masyarakat peringatan maulid nabi seakan menjadi agenda tahunan wajib bagi kaum
muslimin. Para warga yang berada dalam masyarakat tersebut, baik anak-anak,
pemuda dan para orang tua tidak mau ketinggalan untuk turut ambil bagian dalam
kegiatan tersebut. Peringatan maulid ini telah menjadi kebudayaaan yang melekat
pada masyarakat tersebut.
BAB II
PERINGATAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW
Maulid Nabi Muhammad saw. adalah
peringatan hari lahir Nabi Muhammad saw., yang di Indonesia perayaannya jatuh
pada setiap tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Hijriyah. Kata “maulid” atau “milad”
dalam bahasa Arab berarti hari lahir. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi
yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad wafat.
Peringatan ini merupakan ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi
Muhammad saw., lebih jauh lagi agar dapat mengingat kembali serta melaksanakan
apa yang telah Nabi ajarkan dalam kehidupan beragama ataupun bermasyarakat.
Dalam sebuah masyarakat peringatan
maulid ini dilakukan dengan mengadakan berbagai kegiatan seperti pengajian,
lebih banyak membaca shalawat, membaca al-Barzanji dan perlombaan-perlombaan
yang berkaitan dengan keagamaan. Peringatan maulid ini dilakukan setiap tahun dan
telah menjadi kebudayaan dalam masyarakat tersebut.
Peringatan maulid ini dilakukan
selama beberapa hari. Dalam satu hari penuh dilaksakan berbagai kegiatan,
diantaranya perlombaan-perlombaan yang diikuti oleh para murid TKA (Taman
Kanak-kanak Al-Quran) yang ada di lingkungan masyarakat tersebut. Perlombaan
tersebut seperti lomba adzan, tilawah, cerdas cermat, busana muslim, dan
lain-lain yang berhubungan dengan keagamaan. Pada malam harinya diadakan sebuah
tablig akbar dengan penceramah dari luar daerah. Selain itu, dipenghujung acara
ditampilkan kesenian nasyid yang ada di daerah tersebut.
Untuk menunjang keberlangsungan
acara peringatan maulid Nabi ini, dibangunlah berbagai sarana prasarana dengan
cara bergotong-royong, seperti panggung yang dirancang sesuai dengan kebudayaan
yang ada. Panggung ini digunakan untuk menampilkan berbagai penampilan para
murid TKA, baik dalam berlomba maupun membacakan doa-doa yang ditugaskan oleh
para ustazd untuk dihafal jauh-jauh hari sebelum kegiatan tersebut. Selain itu,
para warga juga bergotong-royong dalam hal pengumpulan dana dan
kebutuhan-kebutuhan lain seperti beras, dan bekerja sama untuk menyukseskan
acara tersebut.
Peringatan maulid tersebut diharapkan bisa menjadi referensi dan semangat yang tertanam dalam
kehidupan sikap masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Keteladanan dan
perilaku Beliau dapat masyarakat aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, baik
tingkah laku, pola hidup, kehidupan sosial dan lainya . Hal ini menjadi penting
agar peringatan yang sangat bersejarah ini tidak menjadi ritual tahunan semata
yang cukup menghabiskan energi umat islam. Selama ini banyak
orang hanya melihat moment maulid Nabi sebagai sejarah saja tanpa memperhatikan
makna yang terkandung dalam peringatan tersebut.
Dari pemaparan
diatas, ada peran kebudayaan dalam melaksakan doktrin agama. Menurut Nurcholis
Madjid agam dan budaya merupakan dua bidang yang dapat dibedakan tetapi tidak
dapat dipisahkan. Agama bernilai mutlak, tidak akan pernah berubah seiring
dengan berubahnya waktu dan tempat. Sedangkan budaya, dapat berubah dari waktu
ke waktu dan dari tempat ke tempat. Sebagian besar budaya didasarkan pada agam.[1]
Kebudayaan itu bersifat dinamis, tidak statis karena kebudayaan merupakan hasil
cipta manusia yang berpikir. Kebudayaan berubah karena manusia yang menciptakan
kebudayaan itu berubah.
Dalam pelaksanaan
peringatan maulid Nabi di masyarakat diatas, terwujud berbagai wujud kebudayaan.
Menurut Koentjaraningrat ada tiga wujud kebudayaan, yaitu:[2]
1.
Komplek dari ide, gagasan,
nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan
Adanya ide dan
gagasan untuk mengadakan suatu kegiatan tahunan dalam rangka memperingati
kelahiran Nabi Muhammad saw. (Maulid) merupakan wujud kebudayaan, karena ide
dan gagasan tersebut dihasilkan melalui proses berpikir, dan dilaksanakan
secara terus-menerus dari tahun ke tahun.
2.
Kompleks aktivitas serta tindakan
berpola manusia dalam masyarakat
Aktivitas
serta tindakan berpola ini sering disebut sistem sosial. Terjadi aktivitas
serta tindakan berpola yang dilakukan oleh warga masyarakat dalam menyelenggarakan
peringatan maulid Nabi tadi, yaitu bergotong-royong dan bekerjasama dalam
segala hal, baik dalam penyediaan sarana prasarana maupun partisipasi demi
berlangsungnya kegiatan tersebut. Bergotong-royong dan bekerjasama merupakan
salah satu bentuk aktivitas warga yang berinteraksi, berhubungan, serta bergaul
satu dengan yang lain.
3.
Wujud kebudayaan sebagai benda
hasil karya manusia
Kebudayaan
yang berbentuk benda hasil karya manusia merupakan seluruh total dari hasil
fisik, aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat. Panggung
yang digunakan dalam melaksakan seluruh kegiatan yang telah disusun dalam
peringatan maulid Nabi, merupakan benda hasil karya warga mansyarakat yang
melakukan aktivitas gotong-royong dan kerja sama dalam membuat panggung
tersebut. Panggung yang dibuat, disesuaikan dengan kebudayaan yang ada dalam
masyarakat tersebut baik dalam segi bentuk, dekorasi, dan sebagainya.
Selain terdapat wujud-wujud
kebudayaan, dalam pelaksanaan peringatan maulid Nabi juga terdapat unsur-unsur
kebudayaan, yaitu sebagai berikut:
1.
Sistem religi dan upacara keagamaan
Pembacaan
al-Barzanji dan Istighosah yang diksanakan secara berjamaah dalam satu masjid
sebelum melaksanakan kegiatan-kegiatan lain dalam peringatan maulid Nabi merupakan
sistem religi dan upacara keagamaan yang tidak bisa dipisahkan. Pembacaan
al-Barzanji merupakan pembacaan sejarah perjalan Nabi Muhammad saw.,
sanjungan-sanjungan, dan penghormatan kepadanya. Dalam acara peringatan maulid
inilah salah satu waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan tersebut.
2.
Organisasi sosial
Organisasi
sosial merupakan sarana partisipasi masyarakat dalam membangun daerahnya.
Adakalanya manusia tidak dapat mencapai tujuan yang ia ingin capai, kecuali
dengan membentuk organisasi sosial. Organisasi sosial ini bertujuan untuk
mencapai tujuan tertentu yang tidak dapat manusia capai sendiri.
Dalam
peringatan maulid Nabi saw. tidak mungkin akan tercapai kegiatan yang maksimal
tanpa sebuah organisasi. Oleh karena itu, dibentuklah panitia peringatan maulid
Nabi oleh masyarakat tersebut guna mencapai tujuan yang diinginkan yaitu menyelenggarakan
maulid Nabi dengan sukses.
3.
Sistem ilmu dan pengetahuan
Pengetahuan
adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan
harapan-harapan. Dalam hal ini, pengetahuan tentang keagamaan lebih ditonjolkan
daripada pengetahuan-pengetahuan lain. Pengetahuan tentang sejarah Nabi saw.
paling tidak menambah wawasan masyarakat dalam hal beragama dan penerapan
ajaran-ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.
4.
Bahasa
Bahasa adalah
alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi
atau berinteraksi. Seorang penceramah menggunakan bahasa yang dimengerti oleh
masyarakat ketika ia menyampaikan sesuatu dalam acara peringatan maulid
tersebut.
5.
Kesenian
Kesenian
mengacu pada nilai estetika yang berasal dari diri manusia akan keindahan yang
dinikmati dengan mata atupun telinga. Nasyid merupakan kesenian yang
ditampilkan dalam peringatan maulid nabi tersebut. Kesenian ini dinikmati oleh
warga masyarakat yang hadir dalam acara tersebut melalui pendengaran mereka.
6.
Sistem teknologi dan peralatan
Teknologi dan
peralatan merupakan salah satu komponen kebudayaan. Teknologi dan peralatan
yang digunakan dalam pelaksaan peringatan maulid nabi salah satunya adalah
panggung. Panggung ini digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang
telah disusun dalam kegiatan tersebut. Panggung merupakan sarana untuk
menyampaikan sesuatu.
Wujud-wujud dan unsur-unsur
kebudayaan tersebut saling berhubungan satu sama lain dalam menciptakan
kebudayaan suatu masyarakat. Dalam hal ini, wujud dan unsur-unsur kebudayaan
mendukung satu sama lain dalam terciptanya atau terselenggarakannya peringatan
maulid Nabi Muhammad saw.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Maulid Nabi Muhammad saw. adalah
peringatan hari lahir Nabi Muhammad saw., yang di Indonesia perayaannya jatuh
pada setiap tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Hijriyah. Peringatan ini merupakan
ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad saw.
Untuk menunjang keberlangsungan
acara peringatan maulid Nabi ini, dibangunlah berbagai sarana prasarana dengan
cara bergotong-royong. Gotong-royong merupakan salah satu kebudayaan yang ada
dalam masyarakat.Peringatan maulid Nabi
Muhammad saw., selain merupakan kegiatan keagamaan juga terdapat berbagai wujud
dan unsur kebudayaan.
Ide dan gagasan untuk mengadakan
suatu kegiatan tahunan dalam rangka memperingati kelahiran Nabi Muhammad saw.
(Maulid) merupakan wujud kebudayaan. Selain itu, dalam peringatan maulid Nabi,
terbentuk pola prilaku masyarakat yang terbentuk dalam bentuk gotong-royong dan
kerjasama antar warga masyarakat. Panggung merupakan wujud kebudayaan yang
berbentuk benda hasil karya.
DAFTAR PUSTAKA
Hakim, Atang
Abd. Dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009.
Wahyu,
Ramdani, Ilmu Budaya Dasar, Bandung: Pustaka Setia, 2008.
0 comments:
Post a Comment