BAB I
PENDAHULUAN
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik,
adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian,
bangunan,
dan karya seni.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak,
dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur
sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Salah satu kegiatan manusia dalam menjalankan roda kehidupannya adalah merokok. Seluruh lapisan masyarakat di berbagai belahan dunia sudah sangat mengenal benda yang merupakan lintingan tembakau yaitu rokok.
Salah satu kegiatan manusia dalam menjalankan roda kehidupannya adalah merokok. Seluruh lapisan masyarakat di berbagai belahan dunia sudah sangat mengenal benda yang merupakan lintingan tembakau yaitu rokok.
Tak dapat dipungkiri bahwa industri rokok memang
memberikan devisa yang cukup besar bagi negara kita. Cukup sulit untuk
menghentikan kebiasaan merokok seseorang. Padahal, berbagai penyakit berbahaya
dan pencemaran yang senantiasa menyertai para perokok aktif maupun pasif juga
patut diperhitungkan dewasa ini, yang masih ditambah dengan berbagai pencemaran
yang tentunya sudah cukup membuat kita merasa tidak nyaman dan tidak baik bagi
kesehatan kita masing-masing.
Rokok, yang mana salah satu pintu gerbang ke dunia narkoba, tidak hanya
beresiko pada penyakit dan pencemaran lingkungan. Bebasnya penjualan rokok di
Indonesia memberikan kesempatan setiap orang untuk mencoba dan akhirnya
terjerumus ke dalam pengaruh rokok. Tak terkecuali remaja dan pelajar. Remaja
dan pelajar yang sejatinya merupakan generasi penerus bangsa, kini telah
mengkonsumsi sesuatu yang seharusnya tidak mereka konsumsi, yaitu rokok. Namun,
fenomena ini terjadi karena beberapa faktor yang sangat mendukung. Padahal,
pada dasarnya para remaja tersebut telah mengetahui efek dari mengkonsumsi
rokok tersebut.
BAB II
BUDAYA MEROKOK DI KALANGAN REMAJA
Manusia di dunia yang merokok untuk pertama kalinya adalah suku bangsa
Indian di Amerika, untuk keperluan ritual seperti pemujaan dewa atau roh. Pada
abad 16, ketika bangsa Eropa menemukan benua Amerika (Christopher Colombus),
sebagian dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan
kemudian membawa tembakau ke Eropa. Kemudian kebiasaan merokok mulai muncul di
kalangan bangsawan Eropa. Tapi berbeda dengan bangsa Indian yang merokok untuk
keperluan ritual, di Eropa orang merokok hanya untuk kesenangan semata-mata.
Pada abad ke-17 para pedagang Spanyol masuk ke Turki dan saat itu budaya
merokok mulai masuk ke negara-negara Islam.
Budaya merokok zaman sekarang sudah melekat pada remaja di Indonesia baik
yang tidak bersetatus sebagai pelajar maupun yang bersetatus sebagai pelajar.
Banyak dari anak SMA terlebih anak SMP, bahkan sampai ke anak SD pun sudah
banyak yang merokok. Banyak berita di televisi yang melaporkan tentang anak
balita pun sudah banyak yang merokok.
Rokok banyak mengandung zat-zat negatif yang dapat merusak organ tubuh kita
secara perlahan-lahan. Maka dari itu saya sangat khawatir terhadap pergaulan
anak muda zaman sekarang yang sudah hancur, mereka tidak sama sekali memikirkan
kesehatan mereka dan mereka hanya mementingkan kesenangannya saja.
Banyak remaja sekarang dikalangan anak SMP dan SMA yang merokok hanya
karena memikirkan gengsi di depan teman-temannya. Kata mereka “kalo gag
ngerokok itu gag gaul”. Padahal mereka sendiri sudah tahu tentang bahaya rokok yang
mengandung zat-zat negatif.
Namun, dalam fenomena ini banyak faktor yang memengaruhi seorang remaja
memulai merokok. Di usia remaja, anak akan mempunyai banyak teman dengan latar
belakang sosial, ekonomi, dan budaya yang beragam. Di antara sekian banyak
temannya, ada yang bisa membawa pengaruh positif atau sebaliknya membawa
pengaruh buruk. Kebiasaan merokok yang dilakukan oleh anak mungkin merupakan
salah satu pengaruh buruk yang didapat dari teman-temannya.
Kebiasaan merokok pada orang tua berpengaruh besar pada anak-anaknya yang
berusia remaja. Keluarga yang terbiasa dengan perilaku merokok atau tidak
melarang perbuatan tersebut, sangat berperan untuk menjadikan seorang anak
menjadi perokok dibandingkan dengan keluarga yang bukan perokok. Sangat mudah
bagi anak untuk meniru kebiasaan merokok. Mengingat di negara kita kebiasaan
merokok adalah suatu kebiasaan yang sudah sangat mengakar di berbagai golongan
masyarakat, di mana pun tempatnya, kapan pun waktunya kita akan sangat mudah
menjumpai orang-orang yang sedang merokok.
Setelah merokok
itu menjadi kebiasaan yang tidak bisa dilepaskan oleh para remaja baik
non-pelajar maupun pelajar, maka kegiatan merokok akan menjadi kebutuhan yang
melebihi kebutuhan akan makanan pokok. Menurut para remaja tersebut, lebih baik
tidak makan seharian daripada tidak mengkonsumsi rokok. Banyak remaja tidak
memikirkan bagaimana mereka mendapatkan sesuap nasi, malainkan mereka berpikir
keras bagaimana mendapatkan sebatang rokok saja untuk mereka konsumsi. Banyak alasan mengapa orang termasuk para
remja merokok, dintaranya, depresi. Mereka berfikir bahwa dengan merokok mereka
merasa tenang, padahal nantinya mereka akan mengalami ketagihan akan rokok
tersebut. Lalu kebudayaan merokok sangat erat dengan ‘Gaya’, mereka menganggap
dengan merokok mereka akan lebih mudah untuk bergaul, terlihat gaya dan tidak
cupu. Padahal tidak ada hubungannya gaul, atau gaya dengan merokok. Bahkan
dengan merokok, orang – orang akan lebih mementingkan untuk membeli rokok dari
pada membeli makan untuk keluarganya yang sekiranya tidak bisa makan. Mereka
lebih memilih untuk menjalani kebudayaan hambur dan boros membeli barang yang
begitu saja hilang tanpa ada kegunaan yang bersifat primer. Dengan sikap yang
boros mereka akan terdidik dengan kebudayaan konsumtif, tanpa peduli dengan
penderitaan sekitarnya. Dimulai dari kebudayaan yang kurang baik maka akan
menghasilkan individu yang tidak baik di kedepannya.
Pada dasarnya merokok adalah pertama, racun yang menjadi
“kebutuhan pokok”. Tidak dapat
disangkal lagi, rokok adalah racun. Sekecil apapun kadar nikotin yang
terkandung di dalam sebatang rokok, itu tetaplah racun yang merusak tubuh
penghisapnya. Ironisnya, sekarang tidak sedikit remaja yang menjadikan racun
tersebut sebagai “kebutuhan pokok” mereka. Para perokok remaja menambahkan
daftar kebutuhan pokok mereka dengan sesuatu yang seharusnya bukanlah kebutuhan
pokok, melainkan sebuah racun, yakni rokok. Kedua, para perokok remaja
berusaha merusak di saat yang lain
bersusah payah mengobati. Karena rokok pada hakikatnya adalah
racun, maka pastilah rokok akan merusak tubuh manusia, cepat atau lambat. Ketiga,
perokok remaja membayar biaya untuk merusak
tubuh. Ini adalah sesuatu
yang tidak masuk akal. Bagaimana mungkin ada di antara mereka yang
menghamburkan uangnya untuk kesenangan sesaat yang merusakkan tubuh mereka dan
berakibat fatal di kemudian hari. Di saat mereka berjuang mencari sesuap nasi,
batangan racun tetap saja ada di mulut mereka. Cobalah bayangkan, mereka harus
mengeluarkan biaya untuk merusak tubuh mereka, dan nantinya mereka harus
mengeluarkan biaya yang lebih besar lagi untuk mengobatinya. Keempat,
menebar racun pada orang yang disayangi. Tidak
jarang terlihat remaja yang merokok di depan pasangannya, di depan ibu dan bapaknya,
di depan saudaranya, di depan teman-teman dan sahabat-sahabatnya. Sebenarnya,
apa yang sedang mereka lakukan adalah membunuh orang-orang di sekitar mereka
secara perlahan-lahan. Tidak sedikit kasus perokok pasif yang harus menjadi
korban pembunuhan para perokok. Kelima, merusak lingkungan yang mereka butuhkan. Setiap
orang pasti memerlukan lingkungan yang sehat, setidaknya untuk oksigen yang
harus mereka hirup untuk bertahan hidup. Sudah banyak orang yang mengatakan
peduli pada lingkungan dan mencoba melestarikannya dengan menanam pohon, dan
sebaginya. Tapi ironisnya, tidak sedikit pula dari mereka yang mengatakan
peduli pada lingkungan, yang merusaknya dengan asap rokok yang mereka buang ke
udara.
BAB III
KESIMPULAN
Budaya merokok zaman sekarang sudah melekat
pada remaja di Indonesia baik yang tidak bersetatus sebagai pelajar maupun yang
bersetatus sebagai pelajar. Banyak dari anak SMA terlebih anak SMP, bahkan
sampai ke anak SD pun sudah banyak yang merokok.
Faktor yang memengaruhi seorang remaja memulai merokok adalah
teman-temannya yang terlebih dahulu merokok, kebiasaan merokok pada orang tuanya.
Sangat mudah bagi anak untuk meniru kebiasaan merokok. Mengingat di negara kita
kebiasaan merokok adalah suatu kebiasaan yang sudah sangat mengakar di berbagai
golongan masyarakat, di mana pun tempatnya, kapan pun waktunya kita akan sangat
mudah menjumpai orang-orang yang sedang merokok.
Para perokok remaja berfikir bahwa dengan merokok
mereka merasa tenang. Lalu mereka menganggap dengan merokok mereka akan lebih
mudah untuk bergaul, terlihat gaya dan tidak cupu.
Namun, pada dasarnya merokok adalah pertama, racun yang menjadi
“kebutuhan pokok”. Kedua, para
perokok remaja berusaha merusak di saat yang lain
bersusah payah mengobati. Ketiga, perokok remaja membayar biaya untuk merusak tubuh.
Keempat, menebar racun pada orang yang
disayangi. Kelima, merusak lingkungan yang mereka butuhkan.